lama banget ga update blog karena sedang mempersiapkan ujian buat nyari sekolah. aku menulis ini karena berdasar keresahanku. karena kesedihanku. aku bener-bener capek, sedih, bingung. ya cuma ini yang bisa jadi pelampiasan. tulisan ini aku tulis berdasarkan pandanganku, jadi ya kalo kalian berbeda pandangan its ukay ukay saja! aku ga maksa kalian pandangannya sama kayak aku, tp ya coba ya mohon direnungi. aku cuma cah umur 17 tahun, hurung ngerti urip sik sebenere koyo pie. dadi ya ini berdasar otak dan pemikiranku.
aku salah satu orang yg mengurus tentang rekapan penerimaan sekolah teman-temanku. aku salah satu orang yg sering mendengarkan curhat dari teman-teman ttg susahnya nyari sekolah, gamau kalah satu sama lain, dan cerita tentang kekhawatiran tentang sekolah yang lainnya.
taun ini sedikit menjadi catatan menurun atau bisa dibilang agak buruk pada sekolahku. indeks sekolahku pada SNMPTN menurun. benar-benar turun. terlebih kita telah membuktikan bahwa surat peringatan dari 2 universitas besar dan berpengaruh di Indonesia, yang dikirim pada sekolahku, benar adanya. awalnya, sebagai salah satu orang yang mengurus tentang masalah univ untuk teman-temanku, aku mengira SP (Surat Peringatan) hanyalah sebagai momok. bukan nyata. tidak benar. aku berkali-kali berpikiran hal itu. kenapa ? karena, menurutku 2 univ besar itu membutuhkan murid dari sma-ku. tetapi, nyatanya tidak. indeks sekolah kami benar-benar diturunkan. 2 universitas besar itu seolah "murka" pada SNMPTN taun ini yg berlatar belakang banyaknya anak yang cabut SNMPTN pada tahun 2017. miris. dugaanku salah. perkiraanku salah. aku mengambil kesimpulan, dimanapun itu,
universitas membutuhkan orang yang benar-benar tulus. orang yang benar-benar mau untuk sekolah disana, terutama mereka yg diberi kemudahan jalan, sebut saja SNMPTN.
disisi lain, fenomena sekolah kedinasan dari taun ke taun memiliki peningkatan. banyak dari mereka yang tentunya ingin mendaftar, ada yang karena dari awal memang memiliki passion disitu, namun tak jarang juga karena ingin hidup mapan pada masa muda terlebih dulu.
menurutku, tidak ada salahnya sih kamu mendaftar sekolah kedinasan, apalagi kalo itu didasarkan pada kemaunmu, gak salah kok. sekolah dimanapun itu gak menjadi masalah, yang penting kamu bisa survive dan tenanan utk sekolahnya.
yang menjadi permasalahanku pada kali ini adalah.............
bisakah kita menentukan TUJUAN HIDUP?
bisakah kita melihat resiko ?
bisakah kita mengambil keputusan ?
mari kita bahas satu persatu!
1. MENENTUKAN TUJUAN HIDUP
tujuan hidup bener-bener perlu, ok u don;t say lah ca. begitu sma, idealnya ketika kita masuk, kita harus bisa mengerti besok kita mau jadi apa, besok kita kuliah apa, besok kerja apa. tidak melulu detail, tp kamu tau scr jelas bsk mau jadi apa. begitu sudah kelas 12, tentunya kita harus lebih tau detail tentang tujuan kita di masa depan. dan komunikasi terhadap orang tua mengenai tujuan "hidup" ini benar-benar diperlukan. orang tua berhak mengerti apa yang kita mau, dan kita juga berhak terima apa yang orang tua mau. komunikasi dengan orang tua tentunya tidak sekali jadi, memang banyak juga orang tua yg kesannya membebaskan anaknya memilih apa yang mereka inginkan, tapi tak sedikit pula orang tua yang menuntut anaknya utk memnuhi keinginannya. komunikasi dengan ortu harus bertahap, kita harus bisa meyakinkan orang tua kita. aku juga pernah kok berdebat dengan orang tuaku. ortuku sempat agak menuntutku untuk masuk dalam salah satu sekolah kedinasan, tapi aku benar-benar tidak memiliki passion, bayangan utk sekolah disana. sedangkan pilihanku pada suatu universitas di jogja, yasudah aku sempat mati-matian untuk meyakinkan kedua orangtuaku kalo aku mampu survive di univ yang aku inginkan. lama kelamaan, ayahku akhirnya luluh. aku sebenarnya sempat takut kalo ayahku tidak ridho terhadap apa yg aku ingin ambil, tp alhamdulilah sampai hari ini ortuku setuju terhadap apa yang aku mau. DOAKAAN YAA BISAA 2018 TEMBUS KAMPUS IMPIAAN.
dan aku mengambil kesimpulan, bahwa komunikasi sama ortu tentang tujuan "hidup" harus sedini mungkin:) untuk mengatasi suatu hal hal yang sifatnya mendadak. karena menurutku, ya seharusnya dr awal masuk SMA sudah memiliki sedikit bayangan. harus sudah mulai belajar menjadi dewasa. tidak hanya melulu mengejar nilai di sekolah, tetapi kita harus bisa mengejar pikiran kita hingga akhirnya kita tau, besok gede mau jadi apa *backsound susan susan susan kalo gede mau jadi apa*
jangan malu konsul juga sama orang yg lebih senior daripada kita. jangan ngandelin ke-sok-tahu-an kita juga. #selfreminder
Jangan sekedar mencomot semuanya tanpa tau tujuan jelas kita apa #selfreminder.
2. MELIHAT RESIKO
ketika kita sudah bisa menentukan tujuan hidup, lalu kita bisa hampir meraih salah satu tujuan hidup, tentunya kita sudah bisa melihat resiko. pada saat menentukan tujuan "hidup", kita harus bs berpikir bagaimana ya respon lingkungan terhadap tujuanku ini. bagaimana ya respon si A ketika aku melakukan hal ini.
Hipotesis respon lingkungan sekitar menurutku sangat diperlukan, dengan adanya analisa tentunya diri kita menjadi "jaga-jaga", mental kita pun terbentuk secara sendirinya. sehingga apabila suatu Hipotesis itu menjadi kenyataan. kita tidak kaget. mental kita tidak down. kita bisa memback-up diri kita sendiri. kita ga salty. kita ga baper. ya karena kita sudah tau apa yang akan terjadi lewat hipotesis tersebut. toh pada awal menentukan tujuan "hidup" itu kan kita pasti konsul dari satu orang ke orang lainnya kan? jadi ya, pasti ada hipotesis-hiporesis tertentu yang lama kelamaan membuat kita siap utk menerima keadaan.
3. MENGAMBIL KEPUTUSAN
dengan sudahnya kita tau apa yg kita inginkan, kalkulasi resiko. yang dibutuhkan cuma keberanian kita ngambil keputusan dengan SANGAT MANTEP DAN YAQIN. menurutku, semua orang di dunia ini ada masanya menuju kedewasaan dengan diujinya dia di satu titik dan harus mengorbankan dari 2 yang diinginkan, nah dengan kita mengerti tujuan (prioritas juga) dan kalkulasi resikonya, kita tentunya akan dimudahkan dalam mengambil suatu keputusan.
ya mungkin itu yang aku pengen lampiasin. ternyata proses menjadi dewasa pun ada cobaannya, dan pilihannya ya kita bisa tidak berpikir secara dewasa pada umur kita yg lagi labil-labil gini atau malah kita seenaknya diri kita. kita egois. kita ga mikir orang lain. kita tidak ingin mendengarkan orang lain.
aku yakin, kesuksesan tidak melulu soal usaha diri sendiri. menurutku, kesuksesan juga ditunjang hal-hal yg lain seperti hubungan kita terhadap Tuhan ( yg utama ) dan hubungan kita terhadap orang lain. kali ini, aku lebih menyoroti pada hubungan dgn orang lain, karena ya hubungan terhadap Tuhan mutlak lah ya, tau lah ya harus gimana.
jangan buta hati dan buta mata, kita bisa sukses juga karena usaha orang lain membantu kita sepenuh hati. lihat kanan-kiri dan bersyukurlah ketika kita sudah bisa sampai dititik ini. banyak mungkin orang yang gabisa sampai pada titik ini. harusnya kita bisa bersyukur. dan apabila kita belom puas terhadap apa yg sudah kita raih, liat pada diri sendiri, liat resiko lagi, dan ulas lagi, tujuan hidup kita apa.
jangan sampai kita merugikan orang lain, hanya karena kita belum tau kita mau gimana dan mau jadi apa.
goodnight!
0 Komentar