![]() |
Pagi tadi rumahku mendapat kabar bahwa ada kerabat dekat yang meninggal karena Covid.
Keluarga kami cukup dekat dengan keluarga yang meninggal. Rasanya sungguh ingin melayat dan memberikan ucapan berbela sungkawa secara langsung, tapi nyatanya tak bisa karena keluargaku pun sedang menjalani isolasi mandiri karena aku dan Ayah terpapar covid di Agustus awal, sehingga hingga saat ini masih menghabiskan waktu isolasi mandiri.
Masih teringat, beliau ini pernah mengingatkanku untuk selalu olahraga dan makan makanan bergizi ketika aku masih di Jogja. Beliau ini yang selalu sering aku lihat pertama ketika aku pulang kuliah. Beliau suka duduk di depan TV samping jendela rumahnya sambil menonton siaran berita. Tapi hari ini, beliau sudah berpulang.
Rasanya mau marah sama Covid & pandemi. Seolah sekarang apabila sudah terpapar Covid rasanya harus siap kehilangan. Menyakitkan. Saat kemarin aku terkena Covid pun aku sempat ada di titik pasrah, hopeless, dan takut kalo ternyata ini saat untukku.
Adanya pandemi ini juga makin membuatku sadar kalau kita bisa mengalami kehilangan kapan saja. Siap gak siap. Makin menyadarkan juga bahwa pada akhirnya, kita semua akan mengalami perpisahan. Perpisahan yang nyata dan ada di depan mata. Kita gabisa dan gapunya kuasa untuk menawar kapan kita siap menghadapi perpisahan. Karena, ya manusia ujungnya tidak akan pernah siap dengan adanya perpisahan kan? Yang ada hanyalah diri dan hati kita yang menguatkan ketika perpisahan ini datang.
Adanya pandemi ini juga makin terbiasa mendengarkan berita perpisahan dan aku marah akan perasaan ini. Entah karena kita makin siap menghadapi perpisahan? Atau kita yang perlahan semakin bisa menghadapi perpisahan?
Semoga kita semua bisa memaknai perpisahan dengan lebih ikhlas melepaskan. Walaupun pada akhirnya kita membutuhkan waktu untuk melepaskan, itu tak apa.
0 Komentar